Menebar Hal-Hal Baik dari Makassar Melalui AtmaGo

Menebar hal-hal baik dari Makassar sudah menjadi bagian dari misi saya sejak aktif ngeblog dan bermedia sosial. Saya mulai ngeblog pada tahun 2006 tetapi baru benar-benar aktif dan memegang misi tertentu sejak 2011.

Dari yang mulanya sekadar mendokumentasikan keseharian, saya mulai mengumpulkan misi-misi tertentu untuk saya bawa selama menjalankan aktivitas menulis di blog dan media sosial. Kalau disimpulkan, misi saya adalah “ menebar hal-hal baik dari Makassar”.

Mengapa saya anggap penting karena masih banyak yang melihat Makassar khususnya dan Indonesia timur umumnya sebagai tempat asing yang membuat orang mengernyitkan kening. Begitu banyaknya hal negatif disebarkan oleh media arus utama terkait kekerasan dari timur

Green Leafy Plant Starting to Grow on Beige Racks

Padahal kalau mau dipikir dengan akal sehat, mana ada di dunia ini sekelompok orang yang melulu di dalamnya hanyalah keburukan dan mana ada pula sekelompok orang yang melulu di dalamnya hanyalah kebaikan. Tidak seperti itu. Manusia bukan malaikat, juga bukan setan.

Maka ketika diajak menjadi Duta AtmaGo, saya dengan senang hati mengambil peluang itu apalagi saya sudah mengenal AtmaGo sejak tahun 2016 (baca tulisan saya: Lebih Bermanfaat dalam Berinternet dengan AtmaGo) melalui jejaring teman-teman penulis di Facebook (terima kasih Mas Arul dan Mas David).

Mengabarkan Makassar dalam Masa Pandemi

Jujur, saya bingung menuliskan hal baik apa mengenai sekeliling saya terkait hal-hal positif menghadapi pandemi. Terlalu banyak orang yang saya lihat abai dan lalai, juga tak mengerti pun tak mau mengerti mengenai protokol kesehatan.

Inginnya menuliskan hal-hal epik terkait perjuangan masyarakat namun saya hanya bisa menuliskan “perjuangan pribadi” dalam hal yang paling kecil, seperti menyuruh tukang cukur yang menganggap covid-19 hanyalah sebuah konspirasi untuk mengenakan masker dan menjelaskan mengenai “keberadaan virus  corona kepada yang menyangsikannya”. Hal ini saya tuliskan dalam postingan berjudul Hadiah Masker untuk Tukang Cukur Langganan.

Atau mengenai apa saja sikap dan hal-hal yang saya lakukan selama membersamai ketiga anak saya dalam pembelajaran daring, seperti dalam postingan-postingan berikut ini Pengalaman Menemani Anak Belajar dari Rumah dan Mendampingi Anak Belajar di Rumah: Nilai Bukan Segalanya.

Untuk “gerakan” yang lebih besar, saya mem-posting hal-hal baik yang dilakukan oleh NGO/komunitas/instansi yang tertangkap oleh “radar” pengamatan saya, di antaranya dari: BaKTI (Bursa Pengetahuan Kawasan Timur Indonesia, sebuah NGO yang salah satu bidangnya berupa “pertukaran pengetahuan”), komunitas blogger Anging Mammiri, komunitas Rumah Dongeng, Dinas Perpustakaan Kota Makassar, BDD, Parabus, KPU Makassar, dan Prodi Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Makassar.

Mengabarkan Kegiatan Daring pada Masa Pandemi

Karena sedang dalam masa pandemi, maraknya kegiatan belajar online bukan hanya untuk para siswa dan mahasiswa. Begitu banyak pengetahuan yang dibagikan secara gratis hingga berbayar melalui Zoom Cloud Meeting dan platform-platform lainnya.

Saya pikir, apa yang diselenggarakan dari Makassar bisa juga saya kabarkan melalui AtmaGo. Di antaranya kegiatan yang diselenggarakan oleh perorangan, juga NGO/komunitas/lembaga/instansi yang saya sebutkan di atas, ada juga dari daerah lain di Indonesia yang saya pikir bisa saya sebarkan informasinya – barangkali saja ada yang butuh.

Beberapa di antaranya adalah informasi mengenai 25 webinar yang diselenggarakan oleh komunitas Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN) – sebuah komunitas yang sudah 9 tahun ini saya bersamai. Berikut beberapa postingan saya mengenai kegiatan IIDN: 25 Webinar Blog IIDN dan Mengoptimalkan Peluang Dunia Blog.

Mengajak Ber-AtmaGo

Selain menulis postingan di AtmaGo dan menyebarkannya melalui media sosial, saya juga mengajak orang-orang untuk ber-AtmaGo – terutama teman-teman yang saya tahu senang menulis dan senang menyebarkan informasi baik melalui tulisan.

Salah satu cerita unik adalah ketika seorang teman menceritakan mengenai temannya yang senang sekali berbagi informasi mengenai bencana banjir bandang di Masamba yang berlangsung pada bulan Juli lalu.

Teman itu menceritakan, saking banyaknya informasi berupa foto yang disebar kawannya, rasanya tidak enak karena foto-foto yang menguras emosi negatif pun dibagikan oleh kawannya. Temannya senang sekali berbagi informasi singkat dan foto-foto langsung dari lokasi bencana ke berbagai grup yang diikutinya.

Lalu saya katakan, “Coba Kak, ajak temannya bikin akun di AtmaGo. Kalau dia bikin akun di AtmaGo sebenarnya dia menghemat kuota kan. Daripada begitu kan boros kuota, dia share foto ke grup-grup. Mendingan foto-fotonya di-upload di AtmaGo saja nanti link-nya yang di-share.”

Apa yang saya katakan itu disampaikan oleh kawan tersebut ke temannya dan temannya pun membuat akun di AtmaGo. Ketika akhirnya saya chatting dengan beliau yang rupanya memang sering terjun menjadi relawan di daerah-daerah bencana, beliau mengatakan sudah dua kali posting di AtmaGo. Hanya sempat dua kali lalu beliau harus balik ke Makassar. Kisah ini saya tuliskan lebih lengkap dalam blog saya, dalam tulisan berjudul AtmaGo: Inspirasi dari Warga untuk Warga.

Sayangnya hanya satu postingan saja yang berhasil terpublikasi. Saya menduga hal ini disebabkan kendala jaringan internet yang kurang bersahabat karena saya pun pernah mengalaminya. Saya saja yang tinggal di kota besar masih sering kali mengalami kendala ini, apalagi yang di luar kota.

Beberapa teman ada yang membuat akun juga namun entah mengapa mereka tidak sering posting. Ada yang hanya satu kali posting saja lalu sudah ada yang tidak berhasil posting karena terkendala jaringan internet lalu setelah itu tak pernah mencoba lagi (orang berbeda dari yang saya ceritakan di atas).

Bukan satu-dua kali saya bertanya pada teman-teman yang saya tahu punya akun atau berkata hendak bikin akun: “Apakah sudah posting di AtmaGo?”

Dan jawabannya adalah “belum”. Mungkin belum terbiasa ya padahal AtmaGo kan sama seperti media sosial lainnya yang sering dipergunakan dalam keseharian.

makassar

Well, untuk sementara, ini dulu yang bisa saya ceritakan mengenai kebersamaan saya dengan AtmaGo selama 4 bulan terakhir ini. Semoga ke depannya AtmaGo semakin dikenal luas oleh masyarakat Indonesia, mungkin melalui kerja sama-kerja sama dengan NGO/lembaga/komunitas lain yang bergerak dalam bidang “pertukaran pengetahuan”.

Terima kasih AtmaGo, telah memberikan saya pengalaman baru yang menarik dan berkesan. Salam hangat dari Makassar.

Mugniar

https://www.atmago.com/@mugniar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.