Pentingnya Menjaga Kesehatan Mental Anak di Masa Pandemi

Kesehatan mental anak perlu dijaga, terutama di masa Pandemi. Pada tanggal 2 Maret 2020 merupakan pertama kalinya pemerintah mengumumkan dua kasus positif Covid-19 di Indonesia. Data laporan kasus yang terkonfirmasi positif Covid-19 menunjukan adanya penambahan kasus sehingga mendorong inisiatif Pembatasan Sosial Skala Besar atau di kenal dengan istilah PSBB (Kompas, 2020). Perubahan yang terjadi secara mendadak pada tataran kehidupan di semua elemen membuat semua orang melakukan penyesuaian pada situasi new normal, tidak terkecuali juga pada anak-anak. Beberapa dampak psikologis pandemi yang dirasakan oleh anak-anak adalah terkait perasaan bosan, kurangnya personal space di rumah, hilangnya pekerjaan orang tua, merasa kangen dengan sekolah, serta merasa kesepian (Yeasmin et al, 2020). Di sisi lain perubahan yang terjadi secara mendadak dan adanya berbagai pembatasan kegiatan juga berdampak pada kesehatan mental anak seperti munculnya distress, takut, cemas. Rutinitas anak yang berubah sehingga berkontribusi menambahkan stresor dan membuat anak mengalami kesulitan tidur (Shah et al, 2020). Selain itu peran dari significant person di dalam kehidupan anak juga memberikan dampak langsung pada kesehatan mental anak (Shah et al, 2020). Anak cenderung mengamati sikap dan perubahan mood yang dialami oleh orang tua atau significant person lainnya, seperti saat mereka melihat orang tua marah maka mereka juga cenderung akan memberikan respon dengan perilaku yang sama (Taylor, 2019).

kesehatan mental anak

Pemicu Stress pada Kesehatan Mental Anak

Menyadari bagaimana situasi pandemi memberikan dampak pada kesehatan mental anak maka perlu adanya upaya yang dilakukan untuk mengurangi hal-hal yang membuat anak merasa kurang nyaman ataupun tuntutan yang melebihi sumber daya yang mereka miliki sehingga memicu stres pada diri anak. Stres itu sendiri merupakan hubungan antara individu dengan lingkungan yang di nilai sebagai suatu tuntutan yang melebihi dari sumber daya yang dimiliki serta mengancam kesejahteraannya (Lazarus & Folkman, 1984). Stres terjadi disebabkan oleh adanya rasa takut (Lazarus & Folkman, 1984; Robotham & Julian, 2006), selain itu biasanya seseorang yang mengalami stres merasa tidak mampu menyesuaikan dengan tuntutan dari lingkungan, mereka juga merasa tertekan dan tidak nyaman (Sarafino & Smith, 2012).

Pada kondiri pandemi yang terjadi, stres muncul karena beberapa faktor. Pertama, ambiguity yaitu situasi yang dihadapi sekarang merupakan situasi yang tidak jelas. Kita semua tidak bisa memastikan kapan pandemi ini akan selesai, kapan anak-anak dapat beraktivitas seperti sedia kala, dan lain sebagainya. Kedua, low desirability yaitu keadaan yang tidak diinginkan pada sebagian besar individu di hampir semua hal seperti kehilangan seseorang. Ketiga, low controllability yaitu keadaan yang terjadi di luar dari kehendak seseorang baik secara kognitif maupun secara perilaku. Seperti, rendahnya kontrol pada perilaku (misalnya tidak bisa melakukan apapun untuk mencegah terjadinya Covid-19) dan rendahnya kontrol secara kognitif (misalnya, tidak mampu untuk berhenti memikirkan tentang pengalaman traumatik yang dialami). Oleh karena itu, penanganan yang dilakukan untuk menurunkan stres yang dialami oleh anak dapat melibatkan peran significant person maupun upaya yang langsung dilakukan kepada anak. Hal ini agar kedepannya berbagai perilaku sebagai reaksi dari stres yang di alami oleh anak menurun, seperti dapat lebih fokus dan konsentrasi saat belajar, berkurangnya perasaan takut, cemas, sedih, maupun marah, mulai kembali menunjukkan kesediaan untuk berinteraksi dengan lingkungan sosial, serta bersikap lebih kooperatif.

Setiap anak memiliki karakteristik yang berbeda sehingga membutuhkan pendekatan yang disesuaikan dengan kekhasan dari masing-masing anak. Oleh karena itu, AtmaGo membuka layanan Curhat Corona sebagai upaya nyata untuk membantu masyarakat dalam menghadapi berbagai masalah psikologis yang memunculkan stres sebagai dampak dari pandemi Covid-19 seperti pendampingan anak saat PJJ, pola asuh kepada anak maupun strategi orang tua dalam menjaga kesehatan mental anak selama pandemi. Penanganan yang dilakukan selama telekonseling dilakukan dengan berbagai macam teknik yang disesuaikan dengan harapan masing-masing klien sebelum menjalani sesi telekonseling.

Setelah memberikan penanganan yang dilakukan selama telekonseling, klien menyatakan bahwa kondisinya merasa lebih tenang dan lebih mengetahui langkah-langkah apa yang harus ia lakukan kedepannya agar dapat menjaga kesehatan mental anak selama pandemi dan mengoptimalkan tumbuh kembang anak di situasi yang serba terbatas. Layanan ini bersifat gratis, sehingga masyarakat yang tertarik untuk memperoleh layanan telekonseling ini dapat mengakses laman Curhat Korona  dan mengikuti langkah-langkah yang tertera pada laman tersebut. Para konselor siap untuk mendengarkan setiap keluhan yang dirasakan oleh masing-masing individu dan berdiskusi bersama untuk dapat membantu memecahkan permasalahan tersebut.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.