"Keduk Mbrumbung" Tradisi Turun Temurun Warga Desa Kranji Paciran Lamongan
Kranji – Sumber mata air panas Brumbun merupakan saksi sejarah berdirinya desa Kranji. Sumber mata air ini terletak di Dusun Tepanas Desa Kranji Paciran Lamongan. Sumber mata air ini mendapat perlakuan setiap tahunnya yaitu tradisi “Keduk Mbrumbun” .
Tradisi Keduk Brumbung ini berlangsung selama bertahun-tahun setiap bulan Suro, warga bergotong royong menguras dan mengeringkan air untuk diangkat semua lumpur yang ada di sumber lalu membuangnya, selain membuang lumpur yang ada di dalam waduk warga juga membersihkan lokasi disekitar sumber air
Selain melestarikan tradisi acara ini juga dimaksudkan untuk menjaga kebersihan area wisata sumber air panas. Acara keduk Brumbung ini di awali dengan istighosah, dzikir dan tahilil di malam hari, kemudian paginya di laksnakan bakti sosial dan bersih-bersih sumper mata air panas. Ini di maksudkan agar sumber mata air panas tetap terjaga kebersihannya.
“Sumber air panas disini adalah satu-satunya sumber di lamongan yang tidak ada belerangnya” Ujar pak Kasun.
Pada zaman dulu acara seperti ini berupa gendingan, dan memberikan beberapa sajen lalu sejak kedatangan Sunan Drajat acra ini berubah menjadi lebih islami seperti pembacaan istighosah. Pada tahun 60an mulai di laksanakan keduk brumbung seperti saaat ini.
Acara ini melibatkan semua elemen masyarakat, semua bergotong royong untuk kelancaran acara ini. Kamis (22/10/20) (Im/Mel/Mul/Ja)
Tradisi Keduk Brumbung ini berlangsung selama bertahun-tahun setiap bulan Suro, warga bergotong royong menguras dan mengeringkan air untuk diangkat semua lumpur yang ada di sumber lalu membuangnya, selain membuang lumpur yang ada di dalam waduk warga juga membersihkan lokasi disekitar sumber air
Selain melestarikan tradisi acara ini juga dimaksudkan untuk menjaga kebersihan area wisata sumber air panas. Acara keduk Brumbung ini di awali dengan istighosah, dzikir dan tahilil di malam hari, kemudian paginya di laksnakan bakti sosial dan bersih-bersih sumper mata air panas. Ini di maksudkan agar sumber mata air panas tetap terjaga kebersihannya.
“Sumber air panas disini adalah satu-satunya sumber di lamongan yang tidak ada belerangnya” Ujar pak Kasun.
Pada zaman dulu acara seperti ini berupa gendingan, dan memberikan beberapa sajen lalu sejak kedatangan Sunan Drajat acra ini berubah menjadi lebih islami seperti pembacaan istighosah. Pada tahun 60an mulai di laksanakan keduk brumbung seperti saaat ini.
Acara ini melibatkan semua elemen masyarakat, semua bergotong royong untuk kelancaran acara ini. Kamis (22/10/20) (Im/Mel/Mul/Ja)