Desa Tanggap COVID-19 di Kabupaten Banyuwangi

Pendampingan Desa Tanggap Covid-19 dilakukan sejak Pandemi COVID19 ini ditetapkan menjadi bencana non alam nasional, berbagai kalangan, baik dari unsur masyarakat maupun pemerintahan telah gencar melakukan berbagai macam upaya untuk memutus mata rantai penyebaran wabah Covid-19. Salah satunya, yang dilakukan oleh Ikatan Alumni Institut Teknologi 10 Nopember (ITS) Surabaya, bekerjasama dengan Task Force Kemanusiaan Komunitas Kantin ITS, dan Pemerintah Desa Jrebeng.

Edukasi dan Pendampingan Desa Tanggap Covid-19

Acara yang bertajuk Program Edukasi Dan Pendampingan Desa Tanggap Covid-19 itu berlokasi di Balai Desa Jrebeng, Kecamatan Dukun, sebagaimana yang dilaporkan oleh Relawan SIBAT (Siaga Bencana Berbasis Masyarakat) Kabupaten Banyuwangi sekaligus pengguna AtmaGo Bagus Alfiyan Pujo Santoso. Dengan instruktur/narasumber dari pimpinan BEM ITS, para perangkat desa dan warga diperkenalkan bermacam materi, seperti protokol kesehatan, cara memakai dan melepas baju APD, pembuatan tandu dan evakuasi korban, kebutuhan penyemprotan disinfektan, pembuatan face shield dan masker kain, pembuatan hand sanitizer dan sabun ramah lingkungan, hingga pemulasaran jenazah yang terpapar virus Corona. 

desa tanggap

Penyemprotan disinfektan adalah salah satu kegiatan yang paling banyak dilakukan di berbagai desa. Termasuk di desa tempat tinggal Viky Sari dan Yunita Wojayanti. Di kedua desa itu, Desa Pesanggaran dan Desa Cluring, kegiatan penyemprotan itu dibiayai sendiri oleh warga, atau swadana dan swadaya. 

Selain itu, penggalakan penggunaan masker terus menerus dilakukan. Salah satunya caranya dengan memanfaatkan acara Sholat Ied. Bekerjasama dengan Takmir Masjid Baitul Kuddus, Desa Cungking dan Masjid Baitussalam, Desa Mojopanggung, PMI Banyuwangi dan SIBAT Mojopanggung berinisiatif untuk membantu warga jamaah Sholat Ied, dengan membagikan masker kain, lapor Mbak Ning. Dengan begitu, ibadah warga tetap dapat berjalan baik dengan tetap berada dalam koridor protokol kesehatan. 

Social distancing juga digalakkan di desa-desa Banyuwangi. Seperti di Desa Pesanggaran. Karena cukup dekatnya jarak antara rumah satu dengan lainnya, warga berbincang-bincang antara tetangga cukup dari halaman rumah masing-masing dengan nada suara yang keras, cerita Viky Sari

Akibat social distancing ini, sekolah-sekolah diliburkan, termasuk TK Nurullah, Tamanbaru, seperti yang disampaikan oleh Saffanah Mubarok. Murid-murid TK tidak lagi bisa bermain bersama di taman bermain. Harus belajar dan bermain di rumah. Pengajaran dari guru-guru dilakukan melalui telpon atau WA. 

Wabah pandemi Covid-19 ini menyebabkan naiknya tingkat kemiskinan warga. Untuk membantu sesama warga yang tidak mampu, warga Kelurahan Tamanbaru berinisiatif untuk bergotong royong mengumpulkan dana atau beras. Dan dengan menggunakan kendaraan tossa, pembagian bantuan beras dan kebutuhan pokok dilakukan, lapor Saffanah Mubarok

Meski situasi sosial dan ekonomi sulit, namun ada saja warga yang punya inisiatif untuk saling membantu dan berbagi produk, salah satunya, yang dilakukan oleh Verdy Putra, yang bersama anggota keluarganya membuat dan menyajikan jamu, sebagai alternatif meningkatkan kekebalan tubuh. Jamu herbal yang dibuatnya ini tanpa MSG. Bahan-bahannya mudah didapat, yaitu: 1.jahe (2 siung), 2.madu (1 sendok makan), dan 3.air putih (2 gelas). Cara pembuatannya, jahe digeprek atau di potong-potong, lalu dimasukkan ke dalam air rebusan, yang didihkan di panci. Kira-kira 30 menit kemudian, air panas itu dituangkan ke gelas, dan diberi madu. Lalu diaduk merata. 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.