Lampu listrik murah buatan sendiri dari Filipina

Commerce

David Khoirul in Tanjung Priok, Jakarta Utara

Di beberapa wilayah di Asia, termasuk Indonesia, kita memiliki tempat yang tidak teraliri listrik. Penduduk di tempat-tempat tersebut akan kesulitan dalam tiga perkara:<br/><br/> <ul> <li>Penerangan</li> <li> Hiburan</li> <li>Alat komunikasi</li> </ul> Tiga hal ini selalu mengandalkan listrik sebagai tenaga utama.<br/><br/> Filipina adalah salah satu negara Asia yang beberapa daerahnya tidak memiliki listrik, dan dengan demikian lampu tidak menyala di sana. Sebagai solusi, warga memakai lentera kerosene. Namun untuk memperoleh kerosese, mereka harus menempuh jarak yang jauh, sekitar 12 jam jalan kaki.<br/><br/> Aisa dan Raphael Mijeno, sepasang kakak beradik, menemukan solusi cerdas untuk menerangi pemukiman miskin Filipina yang belum tersentuh listrik: lampu air asin. <h3>LAMPU AIR ASIN BERTAHAN DELAPAN JAM</h3> Bahan utama lampu ini adalah air, beras dan garam. Menurut Aisa dan Raphael, lampu mereka tidak seperti kerosene yang dapat menimbulkan api dan memicu kebakaran. Warga aman memakainya dan bisa memasang lampu ini sendiri dengan mudah di rumah.<br/><br/> Bagi warga di tempat-tempat yang dekat pantai, mereka bisa menggantinya dengan air laut. <h3>RENCANA PRODUKSI BESAR-BESARAN</h3> Kakak beradik ini menamai produksi mereka SALt, kependekan dari <i>Sustainable Alternative Lighting</i>. Mendapat ketertarikan dari India dan negara-negara Asia Tenggara, SALt direncanakan akan diproduksi besar-besaran. Teknologi ini akan berguna tak hanya bagi Filipina tapi juga negara lain yang memerlukannya di seluruh dunia.<br/><br/> </i><b>-David (atmago.com)</b></i>

Dilihat 736 kali

David Khoirul

Sesepuh 14406

0 Komentar

Lihat & tulis komentar